Target IPO BEI Tahun Depan Turun Jadi 50, Incar Perusahaan Bernilai Triliunan
Economix.id – Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan terdapat 50 perusahaan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 2026. BEI juga memangkas target IPO tahun ini dari sebelumnya 66 perusahaan menjadi 45 perusahaan.
“Tahun depan tentu saja kami optimis bisa mencapai di 50 (emiten IPO). Tapi kami targetkan jumlah perusahaan lighthouse yang IPO meningkat,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dalam konferensi pers RUPSLB BEI 2025, Rabu (29/10).
Menurut Iman, terdapat enam perusahaan mercusuar yang akan melantai di bursa yakni perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar minimal Rp 3 triliun dengan free float sebesar 15%. Nilai kapitalisasi pasar free float sedikitnya mencapai Rp 700 miliar pada tahun ini.
“Jadi tadi kami tidak bicara hanya jumlah, tapi juga bicara atas kualitas IPO-nya,” tambah Iman.
Iman berharap banyak perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar yang melakukan pencatatan saham di bursa. Apalagi, menurut doa, BUMN maupun anak usaha BUMN yang melakukan IPO di BEI dalam dua tahun terakhir.
“Jadi, kami masih lihat banyak potensi atas perusahaan-perusahaan BUMN untuk listing di bursa efek. Dan kedua tentu saja dari sisi demand, investor,” kata Iman.
Hingga akhir Oktober 2025 ini, baru terdapat 23 perusahaan yang melantai di BEI dan satu perusahaan di e-ipo yang akan melantai pada 5 November 2025. Selain itu masih ada 13 calon emiten lagi yang ada dalam pipeline BEI.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna sebelumnya menjelaskan, perusahaan yang masuk dalam pipeline terdiri atas dua perusahaan dengan aset skala kecil, enam perusahaan dengan aset skala menengah, dan lima perusahaan aset skala besar. Selain itu, terdapat satu perusahaan yang sedang berada dalam pipeline right issue.
“Dan 23 emisi obligasi yang berasal dari 18 perusahaan,” kata Nyoman dalam keterangannya, dikutip Senin (27/10).
Dari seluruh perusahaan dalam pipeline IPO, Nyoman mengaku hanya dua perusahaan yang menggunakan laporan keuangan per Juli 2025. Sementara sisanya menggunakan laporan keuangan semester pertama 2025.
Ia menyebut mayoritas calon emiten tersebut diperkirakan akan melaksanakan pencatatan sahamnya pada 2025. Hal itu selama tidak terdapat kendala dalam proses penawaran umum dan pencatatan yang dievaluasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI.
Namun hingga saat ini, ia mengatakan belum ada calon emiten yang menggunakan laporan keuangan per September 2025. Selain itu, BEI juga terus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap calon perusahaan tercatat. Tidak hanya dari sisi pemenuhan persyaratan formal pencatatan, tetapi juga dari sisi kinerja dan kualitas perusahaan secara komprehensif.
sumber : katadata.co.id
