Indikator Makroekonomi Kuat, BMRI Proyeksi Ekonomi RI 2025 Solid
Economix.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan tetap solid di tengah dinamika ketidakpastian global.
Direktur Commercial Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI, Totok Priyambodo mengungkap hal ini tecermin dari berbagai indikator makroekonomi yang kian menguat sepanjang tahun ini.
“Hal ini tentunya akan baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional atau GDP di September 2025,” kata Totok dalam paparan kinerja persero kuartal III-2025, secara daring, dikutip Selasa (28/10/2025).
Mengacu kepada paparan yang disampaikannya, disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2025 mencapai 4,95% dibandingkan kuartal I-2025 yang hanya sebesar 4,87%.
Bahkan capaian ini juga lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun penuh 2020-2021 yang masing-masing hanya mencapai -2,07% dan 3,70%
Tidak hanya itu, Bank Mandiri juga mencatat laju rata-rata inflasi terjaga di kisaran 2,65% per September 2025, sejalan dengan kebijakan moneter berupa penurunan tingkat suku bungan acuan Bank Indonesia (BI-Rate) ke level 4,75%. Sementara nilai tukar rupiah stabil sekitar Rp16.514 per dolar AS.
Oleh karena itu, Totok menilai kombinasi kebijakan yang mendukung pertumbuhan, inflasi yang rendah, serta stabilitas nilai tukar rupiah menjadi katalis positif bagi dunia usaha.
“Kami juga ingin menyoroti ruang yang positif bagi perbankan untuk dapat menurunkan biaya dana dengan semakin meningkatnya likuiditas di pasar, termasuk dari instrumen seperti SRBI [Sekuritas Rupiah Bank Indonesia] yang kian melandai dan menurunkan kompetisi,” jelasnya.
Lebih lanjut, data Bank Mandiri menunjukkan total posisi SRBI mencapai Rp709 triliun per September 2025, dengan rata-rata yield turun ke 4,79% dari 7,23% pada awal tahun. Penurunan yield ini menandai meningkatnya likuiditas di sektor keuangan.
Selain itu, dari sisi fiskal, realisasi belanja pemerintah juga terus meningkat. Hingga kuartal III-2025, total belanja fiskal mencapai Rp2.235 triliun atau 62% dari total anggaran, naik signifikan dibandingkan awal tahun yang baru terealisasi 5%. Realisasi ini didorong oleh peningkatan belanja kementerian/lembaga sebesar Rp801 triliun serta transfer ke daerah mencapai Rp789 triliun.
“Hal ini tentu dapat meningkatkan permintaan kredit yang bersifat produktif dan padat karya, sehingga turut mendorong penciptaan lapangan kerja yang lebih luas,” pungkasnya.
sumber : bloombergtechnoz.com
